Indonesia Belum Sepenuhnya Merdeka

9:46 PM

72 tahun yang lalu sang proklamator membacakan sebuah naskah teks proklamasi yang menyatakan kemerdekaan Indonesia. Momen indah tersebut menyatakan bahwa Indonesia sudah merdeka. Merdeka dari penjajahan Jepang, merdeka dari berbagai kolonialisme yang merenggut hak rakyat. Meskipun saat itu Indonesia masih dikepung oleh jepang dan Belanda datang untuk melancarkan agresi militer, momentum kemerdekaan membuat semangat juang rakyat seantero nusantara menggelora. Perjuangan mempertahankan Indonesiapun diemban oleh masyarakat yang enggan menyerahkan kebebasannya diambil kembali oleh Belanda.

Merdeka, suatu kata yang mampu menggetarkan dada dan semangat. Darah juang pahlawan yang gugur hanyalah untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan. Sudah 72 tahun Indonesia merdeka secara konstitusional, akan tetapi masih banyak dari kita yang belum benar-benar merasakan merdeka yang hakiki. Indonesia belum sepenuhnya merdeka, masih banyak pekerjaan rumah untuk bangsa ini agar dapat "merdeka" secara utuh khususnya di empat sektor ini.

1. Merdeka melawan kebodohan

Menurut data, 30% rakyat Indonesia yang mengenyam bangku pendidikan tinggi. Ini menjadi tantangan untuk Indonesia, terlebih lagi untuk nanti 1 abad Indonesia merdeka akan terjadi bonus demografi besar-besaran. Bodoh bukan berarti kurang dalam pengetahuan formal akan tetapi tentang sikap dan etis dalam berpendapat di media sosial. Netizen Indonesia yang cenderung berkata-kata buruk dan mudah terhasut oleh berita HOAX menunjukkan bahwa masih banyak orang "bodoh" meski memiliki gelar di belakang nama mereka. Kita sebagai masyarakat harus berperang melawan kebodohan-kebodohan dari informasi HOAX yang beredar di internet.

2. Merdeka melawan kemiskinan

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan di tahun 2017 presentase kemiskinan di Indonesia mencapai 10% atau 27 juta jiwa dengan rasio gini sebesar 0.393. Rasio gini merupakan rasio kesenjangan antara masyarakat miskin dan kaya. Masih tingginya angka tersebut menyebabkan orang kaya di Indonesia makin kaya dan yang miskin makin miskin. Membuka lapangan pekerjaan dan meningkat softskill adalah kunci untuk mengentaskan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai Warga Negara Indonesia, kita masih harus membantu saudara-saudara kita yang masih berada di angka garis kemiskinan.

3. Merdeka melawan intoleransi

Ramainya ujaran kebencian yang mengandung SARA sangat marak akhir-akhir ini. Beberapa contoh seperti huru hara Pilkada DKI Jakarta, pembubaran ibadah natal di SABUGA akhir tahun lalu, penurunan patung Buddha di Tanjung Balai, serta polemik patung dewa di Tuban harus menjadi perhatian yang serius untuk bangsa ini. Ideologi Pancasila menunjukkan banyak keberagaman dan toleransi antar umat beragama. Sayangnya banyak oknum yang tidak bertanggung jawab menyebabkan retaknya kebhinekkaan dan menginginkan bangsa ini terpecah. Kita harus melawan oknum-oknum tersebut dan tidak terhasut oleh ujaran kebencian satu sama lain. Di saat negara lain berpikir untuk menduduki Mars, apakah kita disini harus terus berselisih tentang SARA?

4. Merdeka melawan korupsi,kolusi,dan nepotisme

Sudah bosan rasanya kita melihat para wakil rakyat dan politisi yang terlibat banyak kasus korupsi. Indeks presepsi korupsi Indonesia menduduki peringkat 90 dari 176 negara dan tertinggi di ASEAN di tahun 2017. Kerugian yang disebabkan oleh KKN ini pun sangat tinggi. Berita nasional yang menghiasi layar kaca hampir sering tentang penangkapan oknum korupsi seperti korupsi E-KTP. Apakah kita harus menjadi pejabat dahulu untuk memerangi korupsi? Tentu saja setialah pada hal terkecil dahulu. Jangan menggunakan uang atau jabatan untuk kepentingan pribadi bagi para pejabat. Hindari berbohong di kantor atau melakukan mark up keuangan bagi para pekerja. Hentikan mencontek saat ujuan dan menjiplak karya orang lain untuk para pelajar.

Tugas kitalah untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan agar Indonesia menjadi negara yang benar-benar Merdeka.

Indonesia merdeka hanyalah suatu jembatan walaupun jembatan emas di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.
-Soekarno HUT PANCASILA 1JUNI 1945

Artikel Terkait

Previous
Next Post »