Jadi apa saja anak Indonesia di internet?

10:52 PM

Sering kali kita melihat user internet yang antik. Keantikan mereka tentu merupakan hasil bentukan dari apa yang mereka alami. Sehingga memunculkan generalisir yang tidak perlu. Jadi apa saja anak Indonesia di internet?
Di bawah ini cuma sedikit saja yang saya sebutkan. Bahwasanya tidak hanya di Indonesia saja yang orangnya jadi begini. Karakter orang di internet bermacam-macam. Mereka juga suka macam-macam. Ini sebetulnya cuma survey pribadi saja.
Siapakah mereka?

1. Anak meme
Anak meme cuma istilah di Indonesia saja. Meme merupakan kultur di Internet. Meme mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 2007 namun kala itu belum popular. Meme banyak banget jenisnya. Template meme berasal dari pencitraan seorang tokoh dengan watak dan karakter khas orang yang jadi bahan meme. Sehingga di sinilah orang-orang bisa berkreasi dengan menggunakan karakter orang untuk merespon ragam peristiwa. Namun di Indonesia, template meme sering salah penggunaannya. Karena banyak dari kita yang tidak menjangkau kultur native (asli) dari tiap template yang ada. Ditambah dengan karakter rage comic yang walau jelek gambarnya tapi mewakili ekspresi yang dibutuhkan untuk membuat komik.
Anak meme sering dianggap cancer (penyakit) di internet. Mungkin karena memang kebanyakan diikuti oleh bocah usia sekolah yang masih labil. Bocah ini tidak akan paham penggunaan meme sesungguhnya. Yang mereka tau secara visual, template meme begitu adanya. Juga ditambah dengan hanya menganggap meme sebagai hiburan saja. Bocah ini belum terbiasa dengan template meme original sehingga sering gagal paham. Apalagi kalau caption memenya yang menggunakan gaya bahasa lain. Bisa ngebul otak mereka.
Disamping itu, meme sudah jadi bagian dari kultur internet. Meme bisa digunakan untuk menanggapi apa saja. Bahkan meme bisa dijadikan senjata juga. Ah tapi anak meme gak sampai kepikiran ke sini.
 
2. Weeaboo/wibu
Wibu paling sering kena bully. Memang kesannya seperti anak SD. Soalnya tontonan anime kebanyakan cocok untuk anak. Walau di luar sana ada juga genre anime yang lebih jahat. Anak wibu juga jajal anime yang jahat karena antusiasme mereka yabg mendorong mereka untuk memasuki zona ini.
Kapasitas daya pikir wibu memang tidak bisa kita judge atau ukur seenaknya. Tidak sedikit dari mereka yang justru banyak dan luas wawasannya, ya tapi lebih ke wawasan soal anime dan kebanyakan dari mereka cuma suka anime doank. Mereka berekspresi lewat profil akun menggunakan gambar tokoh anime kesukaannya. Tidak semua wibu juga fetish ke gambar 2D.
Masalah yang sering mereka alami adalah dalam mencoba menanggapi hal yang di luar jangkauan pemikiran mereka. Entahlah tapi banyak wibu yang anti-sosial. Malah ada yang seperti orang dungu dalam pergaulan. Mereka sudah deal (menghadapi dengan baik) situasi sosial mereka. Sehingga mereka lebih baik mengunci diri di rumah dan nonton anime untuk memuaskan perasaan mereka. Karena anime mereka rasa mampu mewakili apa yang ada di benaknya.

3. Bigot agama
Bigot agama tidak memandang usia. Bisa anak-remaja-orangtua. Pada umumnya yang menjadi faktor mereka menjadi demikian adalah karena mereka dulunya biasa di lingkungan homogen. Ilmu yang mereka jangkau hanya soal agama saja. Juga memang ada doktrin-doktrin dari guru atau orang/tokoh yang mereka anggap sebagai panutan.
Mereka masuk ke dunia internet menghadapi jutaan informasi yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Mereka akan menolak segala hal yang belum pernah mereka pelajari. Kalau pun sudah dipelajari, biasanya yang ngajarinnya salah tafsir.
Bigot agama akan parnoan. Tidak nyaman dan rasanya ingin mendebat semua konten yang mereka pikir tidak ada dan bertentangan di ajaran agamanya. Yang mereka inginkan serba agamanya. Jadi internet itu harus halal versi mereka. Mereka gak bakal terima pendapat orang lain. Alhasil gak jauh, mentokmya ngelike dan komen amin di akun Husnul Khatimah dan kiriman fakir like lain yang pakai embel-embel agamanya. Mereka memang dikenal agresif, denial, keras kepala.

4. Fans club sepakbola
Sepakbola memang jadi hiburan jutaan umat manusia. Juga jadi cabang olahraga favorit orang Indonesia. Dunia sepakbola dunia muncul di tv sejak tahun 90an. Kala itu masih jamannya serie A Italia. Mereka menonton banyak pertandingan serie A di televisi. Ditambah dengan tayangan sepakbola Indonesia juga.
Namun yang namanya manusia butuh sesuatu untuk merasa bangga. Alhasil mereka kemudian memilih club jagoan mereka. Tanpa tau apa-apa soal club tersebut. Mereka kemudian menjadi fanatik. Merasa clubnya paling jago. Kelakuan ini dibawa ke internet. Di internet sampai ada grup khusus debat supporter club liga mana saja. Isinya cuma ungkapan kebencian saja.
Kan lucu, cuma nonton di tv udah ngerasa paling hebat dukung clubnya. Ngaruhnya apa coba? Mau kamu debat sampai saling angancam santet juga, club sepakbola tetap bertanding gak peduli dengan aksi heroik kamu membully fans club rival. Ungkapan seperti munyuk, cheleng, pudel, entoten dan lain sebagainya jadi santapan tiap hari. Mau menang dan kalah, bukan karena mereka (fans) saling ngebully.
Pengetahuan soal dunia sepakbola mereka minim. Cuma doyan berantem saja karena begitulah yang namanya fanatik.

5. Fans east asian pop
Ini yang paling mengerikan. Adik-adik usia SD pada sangar kalau idola mereka dijadikan bahan candaan. Memang sih dunia hiburan dari Korea Selatan sangat seru. Sempat jadi pop culture. Kebanyakan sih cewek yang suka. Melihat sosok pria antara maskulin dan feminim yang kalem banget bikin dd gemes ngerasa kagum.
Dunia musik di sana sebetulnya tidak terlalu wow. Yang bikin wow justru dari aktifitas fansnya yang hiperbola. Ada loh yang sampai bikin cerita ngibul katanya nikah sama punggawa boyband Korea Selatan. Katanya nanti diajak main ke sana lalu dia jadi selingkuhan si artis sampai akhirnya kebablasan punya anak dan akhirnya dinikahin. Duh, kenyataannya pacarnya di dunia nyata burik.
Mereka ini memang galak. Si artisnya sih cuek soalnya yang mereka lakukan hanyalah berkarir. Tapi karena penampilan mereka yang begitu makanya dd gemes di Indonesia langsing jatuh hati. Soal kualitas musik sih ya bagitulah. Fans east asian pop ini bakal cuma mau dengar musik itu-itu saja sih pokoknya minimal musik asia timur.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »